Lions Club, untuk Hati yang Mau Berbagi

Karya: Kristin Samah

ISBN: Dalam Proses

Saya ingin mengenang pengalaman di Konvensi Lions Clubs International ke-97 di Toronto, Canada, pada tahun 2014. Saat itu saya bertemu dengan anggota lions clubs salah satu negara Afrika secara mengesankan.

Di meja pendaftaran konvensi internasional tersebut, saya bersebelahan dengan anggota Lions yang mengenakan baju nasional mereka dengan motif dan warna cerah ceria. Saya memulai percakapan dengan memuji busana cerah yang dikenakan. Dia dan istrinya juga menggunakan tutup kepala yang unik dari kain panjang lebar yang senada dengan busana mereka. Lalu mereka menjelaskan asal busana mereka dengan rinci dan gembira.

Dalam perjalanan menikmati suasana prakonvensi, dari kejauhan saya melihat beberapa orang mengerubungi pasangan itu dengan sifat resmi dan respek. Saling hormat kepada pasangan yang saya kenal di meja registrasi itu, memberi kesan sepertinya mereka orang penting yang berpengaruh.

Lions Club Afrika

Saat acara konvensi sudah dimulai, pasangan itu sudah menggunakan rompi/ vest Lions Clubs yang berwarna kuning dengan list biru tua. Saya menyapa orang yang duduk di sebelah yang kulitnya mirip dengan pasangan itu. Sambil menunjuk, saya bertanya sambil lalu, apakah mereka satu negara atau satu bangsa? Orang di sebelah saya mengatakan bahwa orang yang saya tunjuk adalah raja di negara mereka. Salah satu negara kecil di wilayah Afrika. Saya terkejut. Sangat kaget dengan informasi tersebut.

Ternyata seorang raja di Afrika pun bersedia menjadi PSTM (President, Secretary, Treasury, Membership Person) ataupun anggota club di lions clubs di negara mereka. Luar biasa pemahaman yang baru saya temukan ini. Makna We Serve dari Lions Clubs itu dapat diterapkan secara moderat dalam kehidupan sehari-hari. Saya mengetahui kemudian bahwa di Afrika, ada beberapa negara kecil yang masih memiliki sistem monarki atau kepala negara yang merupakan seorang raja. Beberapa negara di Afrika yang masih memiliki raja sebagai kepala negara atau memiliki monarki tradisional yang kuat adalah Eswatini (dahulu Swaziland); Lesotho.

Selain dua negara ini, terdapat beberapa kerajaan tradisional yang memiliki peran penting dalam kehidupan sosial dan budaya meskipun bukan bagian dari pemerintahan resmi negara. Beberapa di antaranya termasuk berbagai kerajaan lokal di Ghana, Nigeria, dan Uganda.

Cerita ini menunjukkan betapa luasnya semangat We Serve dalam Lions Clubs. Siapapun, termasuk seorang raja, bisa bergabung dan memberikan pelayanan kepada komunitas,tanpa memandang status. Hal ini benar-benar mencerminkan nilai kebersamaan dan pelayanan yang dipegang oleh Lions Clubs di seluruh dunia.

Di Milan, Italia, pada Konvensi Internasional Lions ke 102 tahun 2019, ada sebuah momen bersejarah yang menggugah hati setiap orang yang hadir. Di tengah atmosfer yang penuh semangat, Lions dari seluruh dunia berkumpul, dan keputusan besar diambil—Afrika resmi menjadi wilayah konstitusional terbaru Lions Clubs. Keputusan ini tidak hanya berarti secara administratif, tetapi membawa makna lebih dalam tentang pelayanan kemanusiaan yang tak berbatas.

Presiden Internasional saat itu, Jung-Yul Choi,menyampaikan dengan antusias, “Ini benar-benar hari bersejarah bagi organisasi besar kita.” Soraksorai bergema di seluruh ruang konvensi. “Hari ini kita merayakan pembentukan wilayah konstitusional baru kita, Afrika.” Pidatonya ditutup dengan pengumuman yang menggetarkan—Dr. Denis Mukwege, seorang penerima Nobel Perdamaian, telah diundang dan menerima kehormatan menjadi Singa Kehormatan pertama di wilayah Afrika yang baru.

Dr. Mukwege, seorang simbol perjuangan kemanusiaan, berdiri di hadapan ribuan Lions yang hadir. Dengan senyum hangat, ia mengucapkan terima kasih dan menyatakan kebanggaannya untuk bekerja sama dengan Lions Clubs dalam melayani Afrika.

“Benua kita membutuhkan dukungan Anda,” katanya dengan penuh kesungguhan. “Afrika mengandalkan Anda.”

Kata-kata Dr. Mukwege menggema jauh didalam hati para hadirin. Di sini, di Milan, semangat pelayanan tanpa batas lintas budaya dan bangsa terasa begitu kuat. Afrika, sebuah benua yang kayadengan keanekaragaman budaya dan ekonomi, kini memiliki tempat khusus di organisasi kemanusiaan global yang begitu besar ini.

Mantan Direktur Internasional Hastings Eli Chiti dari Zambia menambahkan, “Ini adalah mimpi yang menjadi kenyataan bagi Lions di Afrika. Kami adalah benua yang luas dengan tantangan unik, dan siapa lagi yang lebih memahami situasi kami selain kami sendiri?”

Perwakilan Afrika di Dewan Direksi Lions Clubs International, yang mulai terwujud pada tahun 2020, memberikan kesempatan lebih besar untuk membawa perubahan nyata di lapangan.

Dengan status baru ini, Afrika menjadi bagian yang tak terpisahkan dari gerakan global Lions, memperkuat komunitas-komunitas di seluruh benua. Dari Maroko hingga Ethiopia, dan dari Afrika Selatan hingga ke seluruh pelosok benua, Lions terus membangun masa depan yang lebih baik.

Kisah ini bukan hanya tentang Afrika yang menjadi wilayah konstitusional Lions, tetapi tentang bagaimana pelayanan dapat melintasi batas-batas, menyatukan hati, dan menyembuhkan luka-luka yang terdalam. Di tengah dunia yang penuh dengan tantangan, Lions Clubs hadir sebagai cahaya harapan, dengan Afrika sekarang berdiri kokoh sebagai bagian dari jaringan kemanusiaan global ini.

Hakikat terpenting dalam menggambarkan situasi ini kepada anggota Lions di Indonesia adalah untuk menunjukkan bahwa gerakan Lions adalah sebuah organisasi global yang melayani semua lapisan masyarakat, tanpa memandang batas geografis, budaya, atau status sosial. Kisah Afrika ini mengingatkan anggota Lions di Indonesia tentang pentingnya solidaritas, kerjasama lintas benua, dan semangat pelayanan yang universal.

Secara filosofis, cerita ini menekankan bahwa nilai We Serve bukan sekadar slogan, tetapi sebuah komitmen yang harus dihayati secara mendalam. Dengan menjadikan Afrika sebagai wilayah konstitusional baru, Lions Clubs mengakui kebutuhan spesifik dari benua yang penuh tantangan dan harapan ini, sekaligus menghormati hak mereka untuk memimpin diri mereka sendiri dalam konteks lokal.

Bagi anggota Lions di Indonesia, cerita ini menjadi cerminan pentingnya inklusivitas, di mana setiap daerah memiliki tanggung jawab untuk membawa perubahan bagi masyarakat di sekitar mereka. Filosofi ini menekankan bahwa pelayanan sejati tidak terbatas pada wilayah, tapi juga harus mencakup empati, pengertian, dan kerjasama yang lebih luas untuk kemanusiaan global. Seperti Afrika, Indonesia juga memiliki keanekaragaman dan tantangan tersendiri, dan cerita ini menginspirasi anggota Lions untuk terus memperluas jangkauan pelayanan mereka dengan semangat yang sama.

We Serve

(puisi oleh Mariza)

Lions berdiri di tepian dunia, Di mana harapan sering memudar, Dengan hati yang tak mengenal batas, Lions hadir, tangan terulur, tak gentar. Di bawah langit yang sama kita berpijak, Meski bahasa berbeda, semangat kita seirama, Dalam tangis, dalam tawa, Lions melangkah, menghapus duka.

“We Serve,” bisik lembut di angin malam, Membawa cahaya pada jiwa yang kelam, Bukan untuk nama, bukan untuk pujian, Tapi karena cinta pada sesama, tak berkesudahan. Dari tanah gersang hingga samudra biru, Lions hadir, membawa hidup yang baru, Setiap senyuman yang terbit dari lara, Adalah tanda bahwa cinta itu nyata. Lions adalah keluarga dunia, Dalam kebaikan menemukan makna, Mengulurkan tangan tanpa syarat dan pamrih, Karena di hati Lions, hanya ada kasih. Jalan mungkin panjang dan penuh duri, Namun semangat ini takkan pernah mati, Dalam setiap langkah, dalam setiap nyala, “We Serve,” adalah jiwa, tak terhingga.

Jakarta, 10 September 2024

Mariza kebetulan hadir di Konvensi Internasional

Lions Clubs di antaranya:

2012 Busan, South Korea (#95)

2014 Toronto, Ontario, Canada (#97)

2018 Chicago, Illinois, USA (#100)

2019 Milan, Italy (#102)

2024 Melbourne, Australia (#107)